Warga Palembang bahkan Indonesia dihebohkan oleh postingan di sosial media tentang aksi seorang Ayah yang rela menjual Ginjal demi biaya pendididikan sang putrinya.
Seorang Ayah ini diketahui bernama Herman ( 45 Tahun ) seorang warga Jalan Sultan Mansyur Lorong Gelora Gang H Yasin Nomor 344 , Kecamatan Alang-Alang Lebar (AAL), Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
|
Herman sedang Berjalan menjual Ginjalnya |
Beliau mengaku berniat menjualkan Ginjalnya saat mengetahui anaknya yang ketiga harus melakukan pembayaran awal masuk SMKN 5 Palembang, karena kehabisan akal untuk memenuhi tagihan tersebut akhirnya Herman berniat menjua Ginjalnya.
Dia mengaku sudah mengetahui akibat dari semua ini, hidup tanpa satu Ginjal. Tapi Bagi Herman mendingan dia hidup dengan satu Ginjal dari pada anaknya putus sekolah.
"Saya tahu apa risikonya, tapi saya tidak mau melihat anak saya putus (berhenti sekolah), karena hari ini harus sudah dilunasi. Selain itu, saya tidak ada pekerjaan tetap, dan tempat tinggal juga masih nempatin punya kawan," Sumber : News Detik.
Tanpa sepengetahuan keluaganya, Herman mengambil kertas bekas dan menulis sebuah iklan menjual Ginjal dan berkeliling kota Palembang, berharap ada yang membeli Ginjalnya. Selama perjalanan tidak ada yang menawar ingin membeli Ginjalnya, tapi banyak warga yang memberikan uang sumbangan untuk sekolah Anaknya.
|
Iklan Jual Ginjal yang dibawa Pak Herman |
"Tidak ada yang nawar, cuma banyak yang kasih duit. Kemarin ada yang bawa pulang ke rumah, padahal masih ingin keliling, siapa tahu ada yang mau," Kata Herman,
sumber Mardeka
Menanggapi kasus ini, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin Langsung memanggil Kepala Dinas Sumatera Selatan, Kepala SMKN 5 Palembang dan Herman. Sang Gubernur meminta semua pihak tidak memanas-manasin dan memprintir informasi ini atau menghubung-hubungkan dengan program Sekolah gratis di SUMSEL yang selama ini bergulir sebab biaya itu bukan untuk operasional sekolah.
"Jangan ditambahin, jangan dipanas-panasi, bukan biaya sekolah. Yang benar ini Rp 1,2 juta untuk bayar, nebus seragam sekolah," ungkap Alex
Menurut dia, penarikan biaya seragam tersebut bisa dibenarkan jika berdasarkan kesepakatan antar siswa dan Komite Sekolah. Namun, iuran itu tidak diberlakukan bagi siswa kurang mampu dengan melampirkan surat keterangan dari kelurahan.
"Kalau untuk bayar sekolah baru salah. Ini adalah kesepakatan Komite Sekolah dan orangtua, itu dibenarkan. Tapi perda kita ada aturannya 20 persen untuk siswa miskin gratis," ujarnya.
Belajar dari kasus ini, kita sebagai warga harus mengetahui Program sekolah Gratis dari pemerintah tidaklah Gratis 100 % , orang tua siswa tetap harus membayar iuran sekolah untuk kebutuhan siswa bersangkutan. Biasanya iuran ini di kelolah oleh kemite sekolah yang mewakili orang tua.
Biaya yang dikumpulkan komite akan digunakan untuk kepentingan siswa lagi. Nah Kita tidak bisa menutup mata di sekita kita Juga masih banyak orang tua yang tidak sanggup membiayai anaknya sekolah, maka dari ini Marilah kita sebagai masyarakat saling membantu.
Jangan sampai kita menuntut terus kepada pemerintah sedangkan kita sendiri belum pernah memberi arti sebagai masyarakat yang baik.
Inan Kito , sebagai blogger yang peduli pendidikan mengajak para pembaca untuk ikut serta meringatkan benban masyarakat yang kurang mampu untuk membiayai pendidikan anaknya. Jika Anda tertarik untuk membantu Inan Kito untuk membantu mereka terus bersekolah silakan berdonasi di
www.kitabisa.com/ciptakansenyuman
Semua donasi yang Anda berikan akan dilaporkan lewat web site www.kitabisa.com langsung ke email para donatur.
Atau bisa berdonasi langsung, yang ingin berdonasi langsung silakan di Tranfer ke rekening berikut
BRI Syariah KCP. Setia Bhudi Bandung
Nomer : 1003252252
Kode ATM bersama : 422
Atas Nama : SALINAN
Setelah ditransfer silakan Konfirmasi donasi ke sms/wa ke : 0859 5662 8348
Stop saling caci maki, mari memberi Arti
Stop saling olok-olok, mari saling tolong
Ciptakan Indonesia lebih cerdas .