Siapa yang tidak kenal Bapak Susilo Bambang Yudoyono alias SBY, Presiden RI ke - 6 ini pada hari Senin, 25 Januari diberikan gelar doktor kehormatan (honoris Causa) oleh salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, Yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB).
|
ITB Memberikan Gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) untuk SBY Sumber foto : https://www.facebook.com/SBYudhoyono |
Gelar doktor kehormatan di Bidang Pembangunan berkelanjutan yang disematkan ITB ke SBY sebagai bentuk apresiasi kepada SBY atas jasa-jasa dan kontribusinya dalam bidang ilmu pengetahuan dan perubahan pola pikir ke arah pembangunan berkelanjutan.
Dalam pidato ilmiahnya, SBY menyampaikan pandangannya tentang ekonomi hijau, pembangunan berkelanjutan, ilmu pengetahuan dan teknologi transpormasi menuju ekonomi hujau haruslah siap memiliki strategi kebijakan dan rencana yang baik, kepemimpinan tangguh dan managemen yang efektif.
Selain itu, SBY menegaskan yang paling penting adalah pelaksanaan dan kerja keras bersinambungan karena transformasi ini memerluhkan waktu yang cukup panjang.
Pada Akhir pidatonya SBY mengajak masyarakat untuk menjadi bagian dari solusi menjadi "game changer" dan menjadi bagian dari solusi serta kehidupan manusia yang beradap dan bertanggung jawab.
"Mari kita, orang seorang menjadi "game changer" dan menjadi bagian dari solusi serta kehidupan manusia yang beradap dan bertanggung jawab." SBY
Balik lagi masalah pemberian gelar doktor kehormatan yang dianugerahkan oleh ITB untuk SBY. Gelar Doktor ini merupakan gelar Doktor kehormatan yang ke 12 SBY terima, baik yang dianugerahi dari dalam maupun luar negeri.
SBY memang keren! Walaupun tidak aktif menjabat sebagai presiden lagi, SBY masih aktif berkontribusi nyata, diantaranya sekarang SBY menjabat sebagai presiden Global Green Growth Institute (GGGI) dan forum-forum internasional lainnya.
Kita sebagai masyarakat indonesia, semoga dapat mengambil nilai-nilai positif dari kepemimpinan beliau. Teruslah untuk berkarya, berkontribusi dan bagian dari solusi untuk Indonesia ini. Khusus para guru minimal kita dapat menjadi solusi bagi satuang tingkat pendidikan masing-masing. Semangat!