Bapak/ibu #GuruHebat. Banyak sekali orang yang menyatakan bahwa niat itu sangat penting. Bagaimana tidak penting, niat merupakan penentu diterima atau tidaknya sebuah amal yang kita kerjakan. Kita sudah sering mendengarkan atau membaca sebuah kisah seorang wanita ahli maksiat bisa masuk syurga karena niat tulusnya memberi minum seekor anjing yang kehausan. Ada juga kisah seorang yang ahli ibadah yang masuk neraka karena niatnya yang salah di dalam ibadah, hanya untuk terlihat soleh oleh manusia. Kisah seorang ahli sedekah yang tidak diterima amalnya karena niatnya ingin dipuji manusia sebagai orang dermawan. Ada juga kisah orang meninggal di dalam peperangan masuk neraka, hanya karena ingin dikatakan orang hebat.
Begitu juga dengan diri kita yang memilih untuk menjadi seorang guru, jangan sampai amal ibadah baik ini tidak diterima oleh Allah SWT karena niat kita yang salah. Jadi, niatkanlah semua aktifitas ibadah kita ini sebagai bentuk peribadahan kita kepada Allah SWT.
Apakah kita boleh berniat kerja untuk menafkahi keluarga? Boleh.
Apakah kita boleh bekerja untuk mencapai kematangan materi? Juga boleh.
Akan tetapi niat yang paling baik dan paling utama adalah niat untuk pengabdian kita kepada Allah SWT.
Niat ini seperti hal yang sepele dan kecil, akan tetapi dari hal kecil inilah yang dapat merusak segalanya. Problematika besar pada diri kita ini sejatinya bermula dari sebuah kerusakan kecil. Seperti peristiwa kebakaran besar, ia bermula dari percikan api yang kecil. Karena itu, kita harus senantiasa mengantisipasi terjadinya kerusakan kecil agar tidak menjadi besar. Kerusakan kecil itu ialah ketidakmurnian niat dalam berbuat atau melakukan sesuatu. Islam sangat memperhatikan masalah niat. Niat yang salah (tidak karena Allah) akan menghilangkan pahala dari kebaikan yang dilakukan meskipun amal tersebut tergolong amal saleh yang dicintai Allah dan rasul-Nya.
“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya. Sesungguhnya bagi setiap orang adalah apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari Muslim).
Jadi, sekalipun kita mampu merangkai kata-kata indah dan memukau atau mampu bekerja keras dengan penuh semangat, tapi tidak diniati karena Allah, sia-sialah semuanya. Niat yang buruk atau niat yang ditumpangi oleh kepentingan nafsu akan menimbulkan perselisihan serius sehingga menyebabkan terjadinya perdebatan, pertengkaran, perkelahian, bahkan permusuhan, dan dendam.
Sebagai seorang guru, sikap seperti itulah yang harus kita pelihara dalam diri kita, yaitu menjaga kemurnian niat dalam berbuat. Jangan sampai hanya karena tidak lagi diberi kesempatan memimpin, lalu langsung meradang dan mencemooh semua orang. Begitupun bila kita sebagai pemegang kebijakan, hendaknya mengambil keputusan atas dasar niat suci karena Allah yang disertai dengan musyawarah. Jangan sampai membuat keputusan atas dasar kepentingan diri (otoriter), apalagi hanya karena pengaruh pihak lain. Saat ini dan ke depan, marilah kita tata kembali niat dalam berbuat dan semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.
Jadilah guru yang memiliki niat yang tulus untuk beribadah kepada Allah, Biarkan Allah yang menentukan rizki yang kita dapat. Allah tidak akan membiarkan hamba-hambanya yang taat dalam kemiskinan.
Salam dari Bandung Barat,
Salinan, S.Pd
owner www.inankito.org