Pada suatu kesempatan saya menonton di channel youtube tayangan dari seorang pengacara kondang Indonesia. Beliau menyatakan untuk menjadi orang sukses itu berawal dari cara berpikir kita. Berpikir yang positif akan memunculkan mental yang baik. Dari sinilah saya belajar bahwa untuk menjadi orang sukses kita harus punya mental sukses juga, minimal kita harus punya mental sebagai guru kaya.
Bermental Guru Kaya
Sumber: Dokumen Pribadi
Bermental guru kaya bukan berarti kita jadi orang yang sok kaya, akan tetapi harus memiliki mental guru kaya. Seperti apa mental guru kaya? Berikut saya bahas mental-mental yang dimiliki guru kaya karya.
Selalu Bersyukur Bapak/ibu #GuruHebat, banyak diantara kita mempunyai keinginan dalam hidup, tetapi terkadang kita lupa untuk bersyukur. Padahal bersyukur merupakan kewajiban kita sebagai hamba. Ingat tidak ada kesuksesan dan keberkahan tanpa rasa syukur. Allah mengingatkan kita untuk selalu bersyukur, dan Allah juga menjanjikan orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (Nikmatku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim : 7)
Bapak/ibu #GuruHebat, itu petunjuk dari Allah SWT yang dicatat di dalam Al Quran. Disini sangat jelas tugas kita adalah bersyukur atas nikmat yang diberikan, karena dengan kita bersyukur Insyaallah Allah akan menambah nikmat kita.
Maka, selalu bersyukur merupakan mental Guru Kaya Karya. Apa maksudnya? Begini kita sebagai guru sebenarnya sudah memiliki ilmu yang mumpunih untuk dibagikan dengan siswa/siswi kita. Biasa kita selalu memotivasi dan menginspirasi sebelum melakukan pembelajaran. Terkadang kita lupa bersyukur dengan nikmat ini, dengan ilmu yang kita miliki ini. Cara terbaik untuk bersyukur itu adalah dengan cara membagikan sebanyak mungkin ilmu itu kepada orang lain. Adapun cara membagikannya agar sampai kepada orang banyak, bisa kita buat dalam bentuk video atau sebuah buku. Artinya bersyukur kita akan menjadi menambah karya kita.
Menghindari Berhutang Riba Bapak/ibu #GuruHebat, berhutang menurut agama dan adat istiadat yang ada di negeri kita diperbolehkan. Akan tetapi, jika Anda ingin menjadi orang yang merdeka dalam finansial, sebaiknya menghindari untuk berhutang. Hutang membuat orang bisa direndahkan, menurunkan harga diri, dan merasa dihantui. Pernah merasakannya? Memang, ada juga orang yang berpendapat, tidak ada salahnya untuk berhutang kalau untuk memajukan karya yang sedang dirintis. Jika itu pendapat kalian, perhatikan syarat-syaratnya jika Anda ingin memutuskan untuk berhutang:
- Pastikan Bapak/ibu tidak meminjam uang di rentenir atau bank konvensional dengan bunga (Riba) yang harus dibayar. Karena di dalam riba tidak ada keberkahannya
- Pastikan berhutang bukan untuk konsumsi, melainkan untuk menghasilkan kembali, produktif, atau investasi.
- Pastikan bapak/ibu sudah mempunyai rencana sumber dana untuk membayarnya. Jangan sampai berhutang hanya modal nekad. Rencanakan dengan sebaik mungkin sebelum berhutang, tentukan pos pengeluarannya.
- Jangan dibiasakan memulai sebuah karya dengan cara berhutang, lebih baik dengan uang tabungan yang sudah ada.
Itulah syarat-syarat sebelum kita memutuskan untuk berhutang. Bapak/Ibu #GuruHebat, sekali lagi saya ingatkan berhutang tidak berdosa asalkan tidak ribah dan berhutang juga tidak salah asal bukan untuk konsumsi.
Berhutang riba sangat tidak baik untuk kita, bahkan ada hadist mengatakan bahwa dosa memakan rizki dari ribah mendapatkan dosa paling kecil seimbang dengan berzina dengan ibu kandungnya sendiri. Nauzubillah Min dzaliq....
Budaya Menabung dan Investasi Digalakan Sebenarnya budaya menabung sudah digalakkan sejak dini, akan tetapi kita terkadang lupa dengan budaya ini karena terlalu sering dihantui oleh keinginan yang bersifat konsumtif. Saya sering bertanya kepada rekan kerja seperti ini, “Penghasilan/gaji yang dia dapatkan setiap bulan diperuntukkan untuk apa?”. Hampir semua jawabannya mempunyai urutan sama, yaitu untuk kebutuhan sehari-hari, bayar hutang dan kalau ada sisa baru nabung.
Apakah ini salah? Kalau salah sih tidak, tapi kurang kuat jika untuk menjadi orang yang bermental kaya. Karena bagi orang yang bermental kaya itu adalah menentukan pos-pos pengeluaran dengan urutan sebagai berikut:
1. Bayar Hutang
2. Sedekah
3. Nabung dan investasi
4. Biaya kebutuhan
Urutan pos-pos pengeluaran seperti ini tidak banyak dimiliki orang. Sepertinya ini sangat sulit untuk dilakukan, disinilah sebenarnya akan membangun mental kita menjadi orang kaya. Jika kita mengutamakan bayar hutang, hidup kita akan mardeka dan akan menambah kepercayaan orang lain kepada kita. Yang kedua sedekah, sedekah dapat menambah bahkan melipatgandakan rizki kita. Ketiga menabung dan investasi merupakan cara terbaik untuk kita membangun semangat kerja. Sebagai manusia biasanya semakin banyak kekayaan yang kita miliki maka akan bertambah semangat untuk kita berkerja dan berkarya. Sisanya baru kita gunakan untuk kebutuhan.
Mengapa kita lakukan susunan terbalik seperti di atas? Alasannya untuk membuat tantangan hidup, biasanya jika kebutuhan kita tidak terpenuhi maka kita akan kerja lebih keras dan berpikir lebih cerdas. Manusia biasanya akan menemukan solusi-solusi terbaik saat kepepet.
“Jika Anda mau kaya, maka perbanyak pendapatan, kurangi pengeluaran. Selisih keduanya sedekahkan, investasikan dan tabungkan agar dapat menghasilkan uang lagi di kemudian hari”.
Tidak Konsumtif Bapak/ibu #GuruHebat, banyak sekali orang Indonesia yang mempunyai sifat konsumtif, suka belanja, dan mengikuti trend. Bahkan melihat fenomena ini, salah satu produsen handpone dunia tertarik melaunchingkan produknya di Indonesia. Hal ini dianggap oleh mereka akan memberikan untung yang besar karena budaya konsumtif kita.
Sifat konsumtif ini ternyata ada juga pada diri seseorang yang berprofesi guru seperti kita, mungkin itu bisa jadi saya dan Anda. Hehehe. Jika sifat ini dimiliki oleh kita coba untuk memikirkan kembali. Seperti apa yang disebut konsumtif itu? Kita dianggap konsumtif jika sering membeli barang hanya menurut nafsu belaka, mengikuti trend untuk dikatakan guru yang modis, atau membeli barang yang tidak sesuai dengan penghasilan dan kebutuhan kita.
Jadi hindari sifat konsumtif ini, mulailah untuk membeli barang sesuai dengan kebutuhan saja, bukan untuk gaya-gayaan mengikuti trend. Jika memang mempunyai uang lebih mulailah untuk menabung atau investasi. Jika Anda mempunyai sifat konsumtif ini, coba mulai cek koleksi sepatu yang dimiliki, koleksi tas, kendaraan atau barang lain yang disimpan tetapi tidak dipakai. Hitung berapa uang dibutuhkan untuk membelinya. Coba bayangkan jika uang itu digunakan untuk membeli emas. Mungkin tabungan dan investasi yang anda miliki akan lebih banyak.
Untuk mengetahui barang itu masih dibutuhkan atau tidak dibutuhkan oleh kita, bisa kita cek. Cara mengeceknya menurut sebuah situs hidup minimalis, jika 90 hari barang yang kita miliki tidak dipakai berarti barang itu layak untuk dijual. Karena barang itu tidak terlalu berguna dalam hidup kita.